Menurut Buzan, kecerdasan sosial adalah ukuran kemampuan diri seseorang dalam pergaulan di masyarakat dan kemampuan berinteraksi sosial dengan orang-orang di sekeliling atau sekitarnya. Orang dengan kecerdasan sosial tinggi tidak akan menemui kesulitan saat memulai suatu interaksi dangan seseorang atau sebuah kelompok baik kelompok kecil maupun besar. Ia dapat memanfaatkan dan menggunakan kemampuan otak dan bahasa tubuhnya untuk “membaca” teman bicaranya. Kecerdasan sosial dibangun antara lain atas kemampuan inti untuk mengenali perbedaan, secara khusus perbedaan besar dalam suasana hati, temperamen, motivasi, dan kehendak. Dalam bentuk yang lebih maju, kecerdasan ini memungkinkan orang dewasa membaca kehendak dan keinginan orang lain, bahkan ketika keinginan itu disembunyikan. Kecerdasan sosial ini juga mencakup kemampuan bernegoisasi, mengatasi segala konflik, segala kesalahan, dan situasi yang timbul dalam proses negoisasi. Semua keterampilan itu membolehkan seseorang dengan kecerdasan sosial tinggi sanggup berperan sebagai teman bicara dan sekaligus pendengar yang baik, serta sanggup berhubungan dengan banyak orang.
Ada beberapa cara yang bisa dicoba untuk meningkatkan kecerdasan sosia
- Tubuh bicara lebih banyak
- Tubuh dapat lebih banyak bicara dari kata-kata.
- Tubuh dirancang untuk berkomunikasi dengan orang lain.
- 55% makna yang akan disampaikan dalam aktivitas tercermin pada sikap fisik.
- Tanpa kata-kata tubuh dapat mengkomunikasikan apakah seseorang sedang sedih, senang, marah, kecewa, bahagia, malu, takut, khawatir, gugup,antusias, percaya diri, minder, cemas dsb.
- Sadarilah hal tersebut.
Mendengarkan aktif
Bila seseorang menunjukan tanda-tanda ketertarikan dan ingin mengenal kita lebih dalam, kitapun dapat tertarik dan bersikap baik padanya. Cara terbaik, termudah, dan paling efektif untuk menunjukan kita tertarik pada sesorang adalah bersedia ‘mendengarkan’ apapun yang diucapkanya. Mendengarkan disini berbeda dengan sekedar mendengar. Mendengarkan artinya kita mendengarkan apa keluhanya, apa ide-idenya, harapan-harapanya, perasaan-perasaan yang terlontarkan, bahkan juga bahasa tubuhnya. Itulah yang dinamakan “mendengarkan aktif”. Ingatlah bahwa kita dikaruniai satu mulut dan dua telinga, kita perlu cepat untuk mendengar dan lambat berkata-kata. Artinya, kita perlu lebih banyak mendengar daripada berbicara
radenpekik
Jul 23, 2011 @ 03:04:09
bagus..tapi lebih bagus lagi jika ulasannya diperlengkap…
salam kenal,
pekik (editorial Intan Pariwara)
Sastra Amijaya
Agu 07, 2011 @ 12:43:42
MAu ta lenkapi bro tpi belum ada waktu…..lain waktu ta tuntaskan bro…..
radenpekik
Jul 23, 2011 @ 03:04:00
bagis..tapi lebih bagus lagi jika ulasannya diperlengkap…
salam kenal,
pekik (editorial Intan Pariwara)